Jelaskan bagaimana pemahaman soal budaya tinggi tidak bisa dianggap lebih baik dibanding budaya populer, berikan contohnya? Di sini, kami akan menjawab dan menjelaskan secara singkat dan padat. Semoga bermanfaat.
Budaya Tinggi vs Budaya Populer: Sebuah Pemahaman yang Setara
Membedakan budaya tinggi dan budaya populer seringkali dilakukan dengan menempatkan budaya tinggi pada posisi yang lebih elit dan bernilai dibandingkan budaya populer. Pandangan ini, bagaimanapun, perlu dipertanyakan dan diurai ulang.
Pertama, definisi kedua budaya ini perlu dipahami. Budaya tinggi umumnya dikaitkan dengan seni, sastra, musik klasik, dan bentuk-bentuk ekspresi budaya yang dianggap memiliki nilai estetika dan intelektual tinggi. Budaya populer, di sisi lain, merujuk pada budaya yang digemari masyarakat luas, seperti film, musik pop, fesyen, dan tren terkini.
Kedua, pembedaan ini seringkali didasarkan pada asumsi yang keliru. Budaya tinggi diasumsikan lebih berkelas dan mencerminkan intelektualitas, sedangkan budaya populer dianggap dangkal dan tidak memiliki nilai intrinsik. Asumsi ini mengabaikan kompleksitas dan kekayaan budaya populer, serta mengabaikan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tinggi.
Ketiga, budaya tinggi dan budaya populer saling terkait dan saling memengaruhi. Budaya populer seringkali mengambil inspirasi dari budaya tinggi, dan budaya tinggi pun dapat dipopulerkan melalui media massa dan budaya populer. Interaksi ini menunjukkan bahwa kedua budaya ini tidak terisolasi dan memiliki hubungan yang dinamis.
Simak Juga : Yang Bukan Termasuk Cara Melestarikan Budaya Daerah Sekitar Adalah Apa?
Contoh:
Film: Film “Parasite” dari Korea Selatan, yang memenangkan penghargaan Palme d’Or di Festival Film Cannes, dapat dikategorikan sebagai budaya tinggi karena mengangkat tema-tema sosial yang kompleks dan dikemas dengan sinematografi yang indah. Namun, film ini juga meraih popularitas global dan digemari oleh masyarakat luas, menjadikannya contoh perpaduan antara budaya tinggi dan budaya populer.
Musik: Musik klasik seperti karya Beethoven atau Mozart umumnya dianggap sebagai budaya tinggi. Namun, komposisi ini telah diinterpretasikan dan dipopulerkan oleh berbagai musisi dan genre musik, seperti jazz, rock, dan elektronik, membawa budaya tinggi kepada audiens yang lebih luas.
Baca Juga : Apa Manfaat Pluralitas Dalam Bidang Budaya Bagi Bangsa Indonesia ?
Kesimpulan
Nah, itu telah kami jelaskan bagaimana pemahaman soal budaya tinggi tidak bisa dianggap lebih baik dibanding budaya populer, berikan contohnya.
Memahami budaya tinggi dan budaya populer sebagai dua hal yang setara, bukan berjenjang, adalah langkah penting untuk menghargai keragaman ekspresi budaya dan menghindari penilaian yang bias. Kedua budaya ini memiliki nilai dan kekayaan masing-masing, dan perpaduan keduanya dapat menghasilkan karya-karya budaya yang inovatif dan inspiratif.
Simak Juga : Pluralitas Budaya Bangsa Sebaiknya Disikapi Dengan Cara Apa?