Bagaimana HB Jassin Merawat Sastra Indonesia
Bagaimana HB Jassin Merawat Sastra Indonesia ?

Bagaimana HB Jassin Merawat Sastra Indonesia ?

Bagaimana HB Jassin merawat sastra Indonesia? Hans Bague Jassin, yang dikenal dengan sebutan H.B. Jassin, adalah salah satu tokoh terpenting dalam sejarah sastra Indonesia.

Beliau tidak hanya dikenal sebagai kritikus sastra, tetapi juga sebagai pengarsip dan perawat karya sastra Indonesia. Dedikasi dan kontribusinya dalam dunia sastra telah memberikan dampak yang signifikan bagi perkembangan kesusastraan Indonesia.

Jadi, Bagaimana HB Jassin Merawat Sastra Indonesia ?

Awal Mula Perjalanan H.B. Jassin

H.B. Jassin lahir di Gorontalo pada 13 Juli 1917. Minatnya terhadap sastra sudah tampak sejak usia dini. Pada tahun 1933, ketika masih remaja, Jassin sudah mulai mengumpulkan berbagai karya sastra, baik dalam bentuk tulisan tangan maupun kliping dari koran dan majalah. Kebiasaan ini terus berlanjut hingga beliau dewasa, yang kemudian menjadi fondasi bagi kiprah besarnya dalam dunia dokumentasi sastra..

Kontribusi dalam Kritik Sastra

Sebagai kritikus, Jassin dikenal sangat berpengaruh. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain “Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai” yang terdiri dari empat jilid, “Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45”, dan “Amir Hamzah Raja Penyair Pudjangga Baru”. Melalui karya-karya ini, Jassin tidak hanya memberikan kritik tetapi juga memetakan perkembangan sastra Indonesia, mengidentifikasi para tokoh penting, serta mendokumentasikan karya-karya sastra yang penting bagi generasi mendatang​.

Simak Juga : Bagaimana Jassin Menyusun Dokumentasi di Pusat Dokumentasi Sastra ?

Pendirian Pusat Dokumentasi Sastra

Salah satu warisan terbesar Jassin adalah pendirian Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin (PDS H.B. Jassin) pada 28 Juni 1976. Pusat dokumentasi ini didirikan dengan dukungan dari Ajip Rosidi dan tokoh sastra lainnya, serta diresmikan oleh Ali Sadikin. Di PDS H.B. Jassin, tersimpan ribuan dokumen penting, termasuk 21.300 judul buku fiksi, 17.700 judul buku nonfiksi, 875 naskah drama, dan berbagai jenis dokumen lainnya. Pusat ini menjadi tempat yang sangat penting bagi peneliti, sastrawan, dan masyarakat umum yang ingin mempelajari sastra Indonesia lebih mendalam.

Kasus “Heboh Sastra 1968”

H.B. Jassin juga dikenal karena keberaniannya dalam mempertahankan kebebasan berekspresi dalam sastra. Salah satu peristiwa terkenal adalah “Heboh Sastra 1968”, di mana Jassin terlibat dalam kontroversi terkait cerpen “Langit Makin Mendung” karya Kipanjikusmin yang dimuat dalam majalah Sastra. Cerpen ini dianggap menistakan agama Islam, dan Jassin sebagai editor bertanggung jawab harus menghadapi proses hukum. Meskipun demikian, Jassin bersikukuh membela karya tersebut sebagai bagian dari kebebasan berekspresi dalam sastra.

Digitalisasi dan Aksesibilitas

Di era digital, upaya Jassin untuk merawat sastra Indonesia terus berlanjut. PDS H.B. Jassin kini telah menjalani proses digitalisasi, memungkinkan akses yang lebih luas dan mudah bagi masyarakat. Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta bertanggung jawab atas proyek ini, yang bertujuan untuk memastikan bahwa karya-karya yang tersimpan tetap terjaga dan dapat diakses oleh generasi mendatang.

Kesimpulan

H.B. Jassin telah memberikan kontribusi yang luar biasa dalam dunia sastra Indonesia. Melalui kritik sastra, pengarsipan, dan pendirian PDS H.B. Jassin, beliau memastikan bahwa karya-karya sastra Indonesia dapat dinikmati dan dipelajari oleh generasi sekarang dan yang akan datang. Dedikasi dan kerja kerasnya menjadikan Jassin tidak hanya sebagai kritikus sastra, tetapi juga sebagai penjaga warisan sastra Indonesia.

About administrator

Kami Menyediakan Informasi Berdasarkan Sumber Yang Kredibel dan Terpecaya

Tinggalkan Balasan